Pelestarian Karinding Oleh Anak-anak Sigung CIamis

Di era globalisasi sekarang ini, mungkin masih banyak anak remaja yang belum tahu alat musik tradisional Sunda buhun berupa Karinding. Tapi kini di daerah sigung kec cikoneng ciamis telah tumbuh generasi-generasi karinding baru


Asik bermain karinding di kawasan persawahan sembari ngaliweut. itulah salah satu kegiatan rutin yang di lakukan anak-anak kmpung sigung di waktu libur sekolah .Puad misalnya dia yang tadinya menghabiskan waktu bermain game di kala liburan sekolah kini dia banting kegiatan ke arah yang lebih positif .Begitu juga dengan Herman yang kini semakin mahir memainkan karinding merasa senang karna dengan begitu dia bisa sekaligus memperkenalkan kesenian yang dulu pernah ada dan kini hampir punah . Bahwa kini di ciamis makin banyak seniman-seniman karinding
Hal itu terbukti dengan digunakannya alat musik Karinding pada event-event khusus, dimana saat ini mulai populer digabungkan dengan alat musik modern. Pengrajin karinding pun kini banyak ditemukan di sejumlah daerah, seperti Tasikmalaya, Kuningan, Garut, dan Sumedang.
Di Kota ciamis sendiri sudah ada pengrajin Karinding. abeng (42), warga desa sindangsari cikoneng  ciamis dusun colendra, /, mengaku sudah membuat puluhan Karinding.
Bagi dirinya, membuat Karinding karena terdorong semangat untuk membudayakan alat musik tradisional Sunda buhun tersebut. “Sebagai orang Sunda, wajib membangkitkan alat kesenian tradisional Karinding,” ujarnya, saat ditemui HR, di rumahnya, 
Menurut kang abeng, dulunya Karinding merupakan alat untuk mengusir hama di sawah ataupun ladang, sebab mengeluarkan suara yang bergelombang. Alat musik yang terbuat dari bambu atau batang pohon kawung (enau) ini dimainkan dengan cara disimpan di bibir, kemudian ditepuk pada bagian pemukulnya hingga mengeluarkan resonansi suara.
“Jika dimainkan sendiri memang kurang afdol, namun kalau dimainkan oleh banyak orang akan lebih seru, karena akan menciptakan harmonisasi suara,” katakang abeng.
Sementara itu, indra (25), salah seorang seniman di Kota ciamis, mengaku, dirinya menyukai Karinding sejak dia merantau di kota kembang. Ketika itu ia sering memainkan alat musik tersebut bersama teman-temannya.
“Asyik juga memainkan Karinding, karena tidak semua orang bisa memainkan alat musik ini. Ya bisa dibilang gampang-gampang susah lah,” tutur indra.
Pendapat serupa dikatakan acuy (16). Dirinya sebagai anak band beraliran rock n roll, kerap melakukan kolaborasi antara musik modern dan tradisional dalam setiap pentasnya, salah satunya Karinding.
“Ternyata enak juga jika alat musik tradisional Karinding ini digabungkan dengan alat musik modern. Sekarang banyak band beraliran metal yang berkolaborasi menggunakan alat musik tradisional tersebut. Contoh di Bandung, band cadas seperti Burgerkill pun kerep berkolaborasi dengan Komunitas Karinding Attack,” tutur acuy.
Meskipun Karinding merupakan alat musik tradisional buhun, namun kini mulai banyak kawula muda yang tertarik oleh alat musil tradisional tersebut. Selain untuk menghidupkan seni budaya Sunda, Karinding pun dapat mempererat tali persaudaraan melalui komunitas pecinta Karinding. Seperti beberapa waktu yang lalu ada event rekor muri yang allhamdulilah bisa memecahkan rekor muri dunia dengan peserta 1012 pmain karinding ,rampak karinding ini mnjadikan ajang silaturahmi untuk seniman-seniman cinta budaya dari seluruh daerah di jawa barat, maka banggalah kita mempunyai kesenian alat tradisional ini.

0 Responses to “Pelestarian Karinding Oleh Anak-anak Sigung CIamis”

Posting Komentar